Deloitte Consulting menyarankan pekerja zaman now untuk memiliki pekerjaan sampingan alias side hustle. Berdasarkan temuan Deloitte, pekerja yang memiliki side hustle mendapatkan keterampilan di luar pekerjaannya dan memiliki rasa kendali dalam menjalankannya. Lead Partner dalam Workforce Transformation Deloitte Consulting Indranil Roy mengatakan dalam dunia kerja yang terus berubah pesat, pekerjaan sampingan dapat membantu pekerja membangun keahlian baru di luar pekerjaan utamanya.
“Apa yang terjadi hari ini dalam pekerjaan modern adalah bahwa hampir semua orang di Gen Z sudah mengikuti aturan ini (mempunyai side hustle), karena ide-ide terbaik muncul di luar zona nyaman Anda,” tutur Indro, sapaan akrabnya, dalam konferensi pers virtual bertajuk 10 Rules of Modern Work.
Ia menjelaskan bahwa pekerjaan sampingan berbeda dengan hobi karena perlu ada investasi dari pelaku, baik dalam hal uang, waktu, tenaga atau sumber daya lainnya. Walaupun pekerjaan sampingan itu tidak dapat dipastikan akan gagal atau sukses, pelaku masih bisa belajar dari pengalaman tersebut. “Usaha sampingan berbeda dengan hobi karena harus ada investasi, tidak hanya uang saja, bisa waktu atau sumber daya. Sesuatu yang menunjukkan bahwa Anda melakukan ini dan mengambil risiko dan investasi. Sehingga jika berhasil atau gagal, Anda akan belajar sesuatu baik dari keberhasilan atau kegagalan,” jelasnya.
Selain menambah keterampilan, side hustle juga berpotensi menghubungkan pelaku dengan orang-orang yang di luar jaringan profesionalnya. Indro menuturkan hal ini sangat penting untuk membangun koneksi yang bersifat menguntungkan dari segi ilmu dan peluang karir. “Hobi mungkin mencakup keterampilan yang Anda kuasai, tetapi pekerjaan sampingan mungkin mencakup keterampilan baru dan dapat menghubungkan Anda dengan orang-orang yang tidak akan Anda temui secara normal dalam kehidupan sehari-hari,” sebut Indro.
Indro mengaku bahwa dirinya dan seluruh timnya di Deloitte Consulting menjalankan pekerjaan sampingan masing-masing. Side hustle pun tidak selalu merujuk pada sesuatu yang menghasilkan uang, namun bisa juga aktivitas sukarela, selama hal tersebut membangun koneksi, memberi keahlian baru dan memerlukan investasi sumber daya.
“Hal terpenting yang dilakukan oleh pekerjaan sampingan adalah membuat saya tetap segar, membuat saya berenergi, dan mendorong motivasi saya. Memberi kita perspektif baru dan bekerja dengannya,” tandasnya. Deloitte Consulting menemukan 10 kunci sukses yang patut dicermati oleh pekerja era modern. Hal ini sesuai dengan kondisi lapangan kerja yang kerap melalui perubahan struktur hingga bisnis yang semakin lama kian terintegrasi digital.
Lead Partner dalam Workforce Transformation Deloitte Consulting Indranil Roy mengatakan saat ia melakukan riset terkait perasaan karyawan yang bekerja selama dua bulan terakhir, kata-kata yang paling sering muncul adalah kewalahan, frustasi dan gelisah. Oleh karena itu, karyawan perlu menerapkan 10 kebiasaan baru untuk menghilangkan ketiga perasaan tersebut dalam bekerja.
“Kita harus menjawab tiga pertanyaan, bagaimana saya merasa kurang kewalahan, bagaimana saya merasa tidak terlalu frustrasi dan bagaimana saya mengurangi rasa cemas? Jadi, kami membutuhkan aturan baru untuk dapat berkembang di dunia kerja baru ini,” ujar konsultan yang kerap disapa Indro pada konferensi pers virtual bertajuk 10 Rules of Modern Work
Berikut 10 kunci sukses yang perlu diterapkan pekerja dalam dunia kerja modern.
- Cari Motivasi Kerja
Setiap pekerja harus memiliki motivasi kerja, bukan cuma motivasi hidup. Motivasi tersebut perlu dipertahankan sendiri dan jangan bergantung pada atasan ataupun orang lain untuk memberikan motivasi. “Mungkin tidak ada satu orang pun yang mencari motivasi Anda. Sehingga Anda perlu mengganti bateraimu sendiri. Motivasi Anda sendiri adalah bahan bakar untuk kesuksesanmu,” ujar Indro. Dari perspektif kerja, motivasi bisa didapat dari memiliki kendali atas pilihanmu, menguasai suatu bidang dalam pekerjaanmu dan menemukan tujuan yang lebih besar dari apa yang dikerjakan. - Bikin Target Kerja
Indro mengatakan bahwa seringkali karyawan terlalu fokus pada menentukan target pencapaian jangka menengah yang sebenarnya tidak memberi kebahagiaan maupun motivasi. “Semua bisnis kami disusun oleh tujuan jangka menengah, tetapi dalam pekerjaan modern, tujuan tindakan (pendek) dan tujuan aspirasi (panjang) harus dikaitkan. Anda akan cemas sepanjang waktu jika Anda fokus pada medium,” katanya. Oleh karena itu, ia menyarankan agar karyawan menetapkan tujuan jangka pendek atau action goals agar dapat membantu kita berkembang dalam pekerjaan dan jangka panjang atau aspirational goals agar memiliki motivasi untuk terus melaju. - Persiapkan Diri
Menurut Indro, sebuah posisi dalam pekerjaan bisa saja menghilang dalam kurun waktu kurang dari empat tahun. Sehingga karyawan perlu memikirkan bagaimana mempersiapkan diri untuk fase berikutnya dalam jalur karir, khususnya dalam siklus dua sampai empat tahun. “Kendalikan karir Anda, bersiaplah untuk pekerjaan berikutnya mumpung masih di pekerjaan saat ini. Karena pekerjaan modern direstrukturisasi dalam empat tahun atau kurang. Bisa saja dua tahun lagi ada restrukturisasi, pikirkan pekerjaan Anda dalam siklus hidup tiga sampai empat tahun,” jelasnya. - Minta Masukan
User dalam hal ini tidak selalu berarti konsumen, melainkan bisa jadi pengguna jasa atau produk yang juga bekerja di dalam perusahaan. Dengan banyaknya karyawan yang mengerjakan berbagai proyek, penting bagi pekerja untuk menyenangkan bukan hanya bos tapi juga klien yang menggunakan jasanya. Indro menekankan pentingnya mencari keseimbangan antara menuruti keinginan atasan dan juga keinginan user. “Jika atasan Anda senang, Anda mungkin merasa luar biasa setiap hari. Tapi itu tidak aman. Untuk talenta muda yang memiliki banyak harapan, sangat penting bagi mereka untuk juga fokus pada umpan balik pengguna, si bintang utara,” katanya. - Berhenti Sejenak
Kembali ke inti awal, dunia kerja berubah sangat pesat hingga perubahan masif dapat terjadi dalam kurun waktu dua hingga tiga minggu. Oleh karena itu, Indro mengingatkan karyawan agar mengambil waktu sejenak per dua minggu sekali untuk mengevaluasi kinerja mereka dan merencanakan apa yang akan mereka kerjakan dalam dua minggu berikutnya. “Setiap dua minggu ada kemenangan dan rayakan, dan hal-hal yang belum berhasil dapat Anda pelajari lagi. Jika Anda tidak berhenti sejenak, mengarahkan ulang, merayakan dan mengevaluasi kembali, maka Anda akan merasa frustrasi dan bekerja berjam-jam,” tutur Indro. - Work From Anywhere
Dalam dunia kerja yang semakin bergeser ke model kerja work from anywhere atau WFA, mudah bagi karyawan yang kerja sendiri untuk merasa terisolasi, tidak terhubung atau kurang interaksi dengan rekan kerja karena tidak bertemu secara langsung.
Sehingga, penting bagi mereka untuk tetap berusaha membangun koneksi dalam perusahaan yang bekerja hybrid, di mana dahulu dalam dunia kerja tradisional, membangun jaringan merupakan sebuah pelengkap, kini memiliki koneksi menjadi sebuah hal yang esensial. “Orang-orang perlu membangun lebih banyak koneksi dan tumbuh semakin kuat. Jadilah kurator, berikan umpan balik dengan mengumpulkan, meneruskan, berkomentar, dan mengkurasi interaksi,” terang Indro. - Ubah Cara Kerja
Daripada hanya memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang diselesaikan, karyawan perlu mencari cara untuk mengubah sebuah pekerjaan menjadi kesempatan untuk belajar. Indro menjelaskan bagaimana seorang karyawan dapat memetakan kalendarnya untuk mengidentifikasi mana aktivitas yang bisa menjadi peluang belajar. “Rencanakan pembelajaran Anda seperti merencanakan pekerjaan Anda. Belajar dari hari ke hari. Pekerjaan yang ditandai merah adalah menulis laporan atau membaca sesuatu yang sekadar menyelesaikan pekerjaan. Kerja yang ditandai biru menunjukkan Anda belajar sambil melakukan sesuatu,” sebutnya. - Keterampilan Lintas Sektor
Karena karir zaman now sudah tidak lagi bersifat satu-dimensi, penting bagi karyawan untuk mengeksplorasi kesempatan belajar dari berbagai sektor di luar bidangnya. Dengan mengkombinasi lebih dari satu keahlian, Indro yakin seorang pekerja dapat menggabungkannya untuk membuat inovasi baru. Ia memberi contoh ketika seorang tenaga pemasar (marketer) menggabungkan data sains dan pengalaman konsumen atau ketika jurnalis menggabungkan kemampuan menulisnya dengan kekuatan media sosial. “Begitulah cara Anda tumbuh. Gabungkan sesuatu dari ember lain dengan keterampilan Anda saat ini. Ketika Anda melihat anak-anak muda menjalankan perusahaan, itu bukan karena mereka memiliki otak tambahan, tapi mereka menggabungkan keterampilan untuk meroket,” jelasnya. - Belajar Menghargai Perbedaan
Dalam dunia kerja modern sudah terbentuk ekosistem keahlian yang memerlukan pekerja dari berbagai sektor berbeda untuk berkolaborasi dalam satu atau beberapa proyek besar.Hal ini mengharuskan pekerja berhadapan dengan orang-orang dari berbagai sektor dan generasi berbeda yang tentunya memiliki jenis-jenis keterampilan dan cara pandang berbeda. “Dalam pekerjaan modern, setiap kali ada masalah perusahaan mencoba untuk menggabungkan orang dari berbagai bidang ke dalam tim untuk memecahkan masalah. Semua divisi sekaligus. Apa yang salah? Anda bekerja dengan orang yang Anda tidak mengerti,” sebut Indro. Oleh karena itu, karyawan harus bisa adaptif dalam bekerja dengan pekerja yang berasal dari berbagai sektor. Bahkan, lebih baik lagi jika karyawan dapat belajar dari sektor-sektor berbeda untuk menguasai keterampilan baru. - Pekerjaan Sampingan
Indro mengatakan dalam dunia kerja yang terus berubah pesat, pekerjaan sampingan dapat membantu pekerja membangun keahlian baru di luar pekerjaan utamanya. “Apa yang terjadi hari ini dalam pekerjaan modern adalah bahwa hampir semua orang di Gen Z sudah mengikuti aturan ini (mempunyai side hustle), karena ide-ide terbaik muncul di luar zona nyaman Anda,” jelasnya. Ia menjelaskan bahwa pekerjaan sampingan berbeda dengan hobi karena perlu ada investasi dari pelaku, baik itu dalam hal uang, waktu, tenaga atau sumber daya lainnya. Walaupun pekerjaan sampingan tersebut tidak dapat dipastikan akan gagal atau sukses, pelaku masih bisa belajar dari pengalaman itu. “Usaha sampingan berbeda dengan hobi karena harus ada investasi, tidak hanya uang saja, bisa waktu atau sumber daya. Sesuatu yang menunjukkan bahwa Anda melakukan ini dan mengambil risiko dan investasi. Sehingga jika berhasil atau gagal, Anda akan belajar sesuatu baik dari keberhasilan atau kegagalan,” katanya. Selain menambah keterampilan, pekerjaan sampingan juga berpotensi menghubungkan pelaku dengan orang-orang yang diluar jaringan profesionalnya. Indro menuturkan hal tersebut sangat penting untuk membangun koneksi yang bersifat menguntungkan dari segi ilmu dan peluang karir.