Rumah susun hak milik (rusunami) atau apartemen yang dibangun pengembang swasta memiliki indeks kepuasan penghuni terendah dalam survei Jakarta Property Institute (JPI). Meski demikian, Direktur Program JPI Steve J Manahampi mengungkapkan, indeks kepuasan penghuni apartemen swasta sudah sangat baik, yakni ada pada angka 4,0. Sedangkan, indeks kepuasan penghuni apartemen bersertifikat SHMSRS maupun rumah susun sewa (rusunawa) yang dibangun pemerintah mendapatkan skor 4,2. “Jadi untuk total indeks kepuasan penghuni ini sudah sangat baik ya di atas 4,2, 4,2 dan 4,0. Intinya sudah sangat baik” ungkap Steve dalam konferensi pers di Jakarta.
Untuk apartemen swasta, indeks kepuasan tertinggi yang dirasakan penghuni yakni fasilitas di sekitar apartemen termasuk akses terhadap transportasi umum dengan skor 4,6. Kemudian, untuk indeks terendahnya dari sisi pengelolaan apartemen yang biasanya dikelola oleh PPRS (Perhimpunan Penghuni Rumah Susun) mendapatkan angka 2,9 atau dalam kriteria buruk. Sama dengan apartemen, indeks kepuasan tertinggi penghuni rusunami pemerintah juga berpusat pada fasilitas sekitar rusun berskor 4,6. Untuk terendahnya, mengacu pada skor pengelolaan apartemen berskor 3,0. Hal yang sama juga terjadi pada indeks rusunawa dengan skor 3,4.
Sementara indeks kepuasan tertinggi rusunawa swasta jatuh pada perilaku sesama penghuni dengan skor 4,6. Dimana kalangan usia muda atau rentang 26 tahun hingga 24 tahun merupakan penghuni apartemen (rusunami) swasta. Steve melanjutkan, usia rentang tersebut memiliki minat yang relatif tinggi terhadap kepemilikan apartemen dengan lokasi strategis. Lebih jelasnya, rentang usia 26 tahun hingga 34 tahun sudah memiliki penghasilan sebesar Rp 7,9 juta per bulan. Kemudian, sebagian atau menyumbang 50,1 persen telah memiliki pekerjaan tetap/formal/swasta, serta 49 persen di antaranya telah tinggal di Jakarta selama 3 tahun sampai 6 tahun.
Tak hanya apartemen swasta dengan tipe kepemilikan SHM, JPI juga melaksanakan survei terhadap rusunami pemerintah maupun rumah susun sewa (rusunawa). Untuk rusunami Pemerintah hasilnya ditemukan sebanyak 75,7 persen berusia 35 tahun sampai 43 tahun dengan persentase jenis pekerjaan tetap yang sama dengan apartemen swasta. Mereka memiliki penghasilan Rp 8,7 juta per bulan dan 64 persen di antaranya telah tinggal selama kurang lebih hingga 2 tahun. Sedangkan 51 persen rusunawa di Jakarta ditempati oleh kelompok usia 35 tahun sampai 43 tahun dan 46,9 persen jenis pekerjaannya merupakan buruh harian. Sebanyak 47 persen dari mereka sudah tinggal di rusunawa selama kurang lebih 7 tahun hingga 10 tahun lamanya dengan penghasilan Rp 4 juta per bulan.
Jakarta Property Institute (JPI) memberikan rekomendasi kepada Pemerintah terkait kebutuhan rumah susun (rusun) di DKI Jakarta. Dalam hasil surveinya, tingkat okupansi apartmeen di Jakarta telah mencapai lebih dari 50 persen. Jumlah persentase terbanyak dialami rumah susun sewa (rusunawa) sebesar 88,2 persen. Berdasarkan tipe kamar rusunawa, 100 persen atau hampir semuanya yang disurvei merupakan 2 bedroom atau 2BR (2 kamar tidur).
Direktur Program JPI Steve J Mahampi mengecualikan fenomena ini terhadap rusunawa Rorotan di Jakarta Utara yang bertipe studio. “Ini jenis kamar yang disediakan di rusun tersebut, untuk rusunawa 100 persen 2 bedroom. Jadi, semua hasil survei kita, semuanya dua kamar. Namun di Rorotan tipe studio,” jelas Steve dalam konferensi pers di Jakarta
Sedangkan tingkat keterisian rumah susun hak milik (rusunami) pemerintah sebesar 70,9 persen atau 75 persennya bertipe dua kamar tidur. Lalu, okupansi rusunami swasta atau apartemen telah tembus 58 persen atau 75 persennya tinggal di tipe studio dimana hal ini disebabkan harga apartemen tipe studio lebih murah sekitar 50 persen dari tipe yang 2BR
Oleh karena itu, JPI merekomendasikan tiga hal kepada pemerintah, mulai dari perlunya perhatian lebih dalam pengelolaan rusun untuk perbaikan kualitas kinerja dan pelayanan dari PPRS yang berpusat pada perawatan sarana dan fasilitas apartemen dan bukan berpusat pada murahnya iuran IPL yang pada akhirnya akan menyebabkan lingkungan apartemen menjadi cepat rusak dan kumuh. “Sebab, pengelolaan rusun memengaruhi tingkat kepuasan penghuni,” kata Steve menambahkan.
Kedua, mendorong interaksi sosial antar-penghuni rusun dengan cara menyelenggarakan kegiatan bersama di lingkungan. Sementara yang terakhir, perlu diberikan edukasi aktif terkait etika dan aturan tinggal bagi para penghuni untuk menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan tertib.
Penghuni Apartemen Membeli Unit Untuk Ditempati
Jakarta Property Institute (JPI) membeberkan hasil survei bahwa semua penghuni rumah susun sederhana milik (rusunami) Pemerintah tidak ingin pindah dalam 2 tahun ke depan. Ini dikemukakan oleh Direktur Program JPI Steve J Manahampi. “100 persen penghuni rusunami pemerintah tidak ingin pindah dari susun yang ditempati dalam dua tahun ke depan,” jelas Steve. Sementara untuk rusunawa hampir semuanya atau 99 persen tidak ingin berpindah tempat dalam dua tahun ke depan,dan 83 persen untuk apartemen yang dikembangkan oleh swatsa.
“Jadi, dari dua tahun ke depan, yang kemarin kita survei itu mereka tidak ingin pindah dari rusun tersebut. Karena, itu tadi, overall, secara keseluruhan, mereka puas. Kepuasan mereka sangat baik tinggal di rusun yang ditempati sekarang,” tambahnya.